NGAOS SENI: Bincang Interaktif Seni sebagai Alat Diplomasi di Mata Dunia
Poster Kegiatan Ngaos Seni
Dokumentasi Pribadi oleh Panitia, 2025
BANDUNG, 9 Januari 2025 - Asosiasi Kajian Budaya Indonesia berkolaborasi dengan Bormove (Boarding Movement-sebuah komunitas yang berfokus kepada seni dan juga keagamaan) menyelenggarakan kegiatan bincang-bincang interaktif bertajuk Ngaos Seni-Soft Power Kreatif dengan tema “Seni sebagai Alat Diplomasi”. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2025 berlokasi di Abraham & Smith HQ, Jl. Tamblong Dalam No.2 Bandung serta live streaming di Instagram @bormove.official dan dibuka secara resmi dengan sambutan dari owner Bormove, Kang Wildan.
Yuliawan Kasmahidayat selaku Kepala Pusat Kajian EKKIP LPPM UPI sekaligus Ketua Dewan Pengurus AKBI diundang menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut. Yuliawan sendiri membahas mengenai Seni Pertunjukan dan Kajian Budaya sebagai Media Diplomasi. Materi ini disesuaikan dengan latar belakang Yuliawan di Kajian Budaya dan Seni Tari yang mana melalui keduanya, Yuliawan sudah melebarkan sayap hingga Eropa dengan misi kebudayaan pada masanya. Yuliawan juga membahas bahwa sebuah seni pertunjukan dapat menjadi media diplomasi kebudayaan antar negara. Hal ini sudah dilakukan sejak tahun 1966 oleh Presiden Soekarno yang mengirimkan misi kebudayaan ke beberapa negara Eropa. Selain itu, akhir tahun 2023 hingga awal 2024 mahasiswa bimbingan dari Yuliawan juga mengikuti misi kebudayaan dalam kegiatan Festival in Jeddah dengan menampilkan beberapa tarian serta fashion show dalam kegiatan tersebut.
Yuliawan menambahkan tentang Tari BuGaruda yang merupakan karya terbarunya juga dapat dikatakan sebagai media diplomasi apabila tarian tersebut ditampilkan pada kegiatan-kegiatan tertentu dengan audiens dari berbagai negara. Tari yang mengusung konsep bebalian ini sudah ditampilkan dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis FIB Universitas Udayana ke-66 serta Isola Menari 12 Jam pada Desember lalu. Yuliawan berharap dengan adanya kegiatan diplomasi budaya dapat memperkuat kebudayaan dan mendukung sektor pariwisata di Indonesia.
Pemaparan Materi oleh Yuliawan
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2025
Selain Yuliawan dengan latar belakang Seni Tari, kegiatan Ngaos Seni yang dimoderatori oleh Mulki Sulaiman ini juga mendatangkan narasumber lain yakni Reval Eka dari latar belakang Seni Rupa dan Ceisar Permana dari latar belakang Seni Musik. Reval sendiri memaparkan mengenai visual yang dijadikan ikon ataupun simbol yang merepresentasikan sebuah negara. Seperti beberapa anime yang identik dengan Jepang dan berbagai grup idola K-POP yang tentu mewakili Korea di mata dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa seni rupa dan visual pun dapat dijadikan alat diplomasi kebudayaan oleh negara kepada negara lain.
Sementara itu, Ceisar hadir dengan materinya mengenai sejarah dan eksistensi musik Angklung yang sudah mendunia. Alat musik yang dapat dimainkan secara massal ini pun sudah merepresentasikan Jawa Barat dan Indonesia di kancah internasional. Ceisar menambahkan bahwa angklung ini sudah diakui duni dan terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang harus selalu dibanggakan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri.
Pemaparan Narasumber secara Offline
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2025
Pada akhir kegiatan dilakukan penyerahan cinderamata dari Kang Wildan kepada tiga narasumber yang sudah berbagi materi dalam kegiatan tersebut. Yuliawan berharap setelah kegiatan ini selesai dilaksanakan, kedepan dapat terselenggaranya pula kegiatan-kegiatan serupa dengan materi yang berbeda namun masih dalam rumpun seni, budaya, dan agama.
Penyerahan Cinderamata
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2025